Pesantren Kilat Ramadhan 1437 H

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ.
Apabila Ramadhan datang maka pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup dan syaitan-syaitan dibelenggu.” (HR. Abu Hurairah)


Terhitung sejak tanggal 6 Juni 2016 kemarin, bulan Ramadhan telah dimulai, dimana semua orang yang beriman diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh. Setiap umat Muslim di dunia menyambut bulan Ramadhan dengan penuh sukacita, berlomba-lomba mengumpulkan pahala agar mendapatkan kemenangan yang sejati. Tahun ini pun, SMAN 2 Cimahi menyambut bulan Ramadhan dengan program rutin tahunan yakni pesantren kilat. Bagaimana sih, pelaksanaan pesantren kilat khas SMAN 2 Cimahi itu?

Menurut Bapak Komarudin, selaku ketua pelaksana dari kegiatan pesantren kilat, untuk tahun ini pesantren kilat dilaksanakan dengan sedikit berbeda.

 

“Kalau dulu, dibagi menjadi 3 tingkatan. Kelas 10 itu tingkat pertama, kelas 11 tingkat kedua, dan tingkat ketiga kelas 12. Jika tingkat pertama mendapatkan jadwal pesantren kilat, berarti tingkat kedua dan tingkat ketiga belajar seperti biasa di kelas. Dan begitu pula seterusnya.” (16/06/16)

Pesantren kilat tahun 2016 dilaksanakan pada tanggal 13-16 Juni dengan target seluruh siswa-siswi SMAN 2 Cimahi kelas 10 & 11 yang beragama Islam. Kegiatan ini dimulai dari pukul 07.30 hingga pukul 11.30. Kegiatan ini dilaksanakan di beberapa tempat, yakni di ruang-ruang kelas dan Mesjid Nurul Ikhsan. Untuk pelaksanaan kegiatan pesantren kilat di Mesjid Nurul Ikhsan sendiri, setiap harinya hanya dijadwalkan untuk 4-5 kelas dengan pemateri Bapak Komar. Dan untuk kelas yang tidak mendapat jadwal di mesjid, para pengajar akan datang langsung ke ruang-ruang kelas.

Pengajar untuk kegiatan pesantren kilat ini datang dari guru-guru dan alumni-alumni SMAN 2 Cimahi yang tergabung dalam ekstrakulikuler HKPI, yang secara bergilir bergantian masuk ke ruang-ruang kelas yang telah ditentukan sesuai jadwal.

Salah satu pengajar yang merupakan alumni SMAN 2 Cimahi yakni Teh Suciarti Pertiwi, mengungkapkan kesan-pesan menjadi pemateri untuk pertama kalinya di kegiatan pesantren kilat ini.

 

“Teteh bisa ngerasain gimana rasanya jadi guru. Dulu teteh yang duduk, yang ngerasain gimana bosennya, ngerasain gimana pengen bertanya tapi malu. Tapi sekarang teteh yang ngerasain jadi guru. Gimana gak enak dan enaknya. Pesan untuk semuanya, coba lebih memperhatikan guru di kelas.” (15/06/16)

Untuk meningkatkan antusiasme siswa dalam kegiatan ini, para pemateri tidak hanya menyiapkan materi untuk disampaikan saja, tapi disiapkan juga video dan games-games agar siswa tidak merasa bosan dan lebih konsentrasi. Para pengajar juga menyiapkan hadiah menarik bagi siswa-siswi yang berani bertanya atau memenangkan games.

Materi pesantren kilat tahun ini ditekankan pada kondisi akhlak siswa SMAN 2 Cimahi yang mulai menurun. Baik dalam kepribadian, perilaku dan gaya bahasa. Materi yang telah disepakati oleh guru-guru agama SMAN 2 Cimahi ini pun lalu dikembangkan oleh para pemateri sehingga menjadi sebuah diktat yang lalu disampaikan pada para siswa.

Aisyah Ramadhanti, salah seorang siswa Cimahi kelas X IPA 6 mengaku sangat terbantu dengan adanya kegiatan ini.
“Salah satu masalah yang dihadapi remaja adalah masalah krisis moral. Maka, dengan adanya kegiatan ini, merupakan salah satu wujud kepedulian sekolah terhadap siswa agar mempunyai kepribadian yang lebih baik dan berkarakter.” (15/06/16)

Pesantren kilat ini diadakan rutin setiap tahun sekali pada bulan Ramadhan. Dengan harapan, adanya perkembangan yang lebih baik pada karakter dan pengetahuan siswa-siswi mengenai agama. Setiap tahunnya, kegiatan pesantren kilat selalu dibenahi agar antusiasme siswa dapat meningkat pula.
            Bapak Komarudin, mengungkapan pendapatnya mengenai pesantren kilat tahun ini.

 

“Untuk sekarang, Bapak heran karena antusiasme siswa menurun. Bapak memprediksi, ini karena tidak adanya surat edaran untuk orangtua mengenai kegiatan sanlat. Sehingga, anak malas datang ke sekolah dan orangtua tidak mengharuskan anaknya ke sekolah. Tidak ada aturan secara formal, padahal dulu ada. Bapak juga berpesan agar para siswa lebih memperhatikan materi apa yang disampaikan, bukan siapa yang menyampaikan. Karena manfaatnya terdapat pada materi yang disampaikan.” (16/06/16)

Komentar