Juara 1 Lomba CitRa (Cipta Cerita)

 The Truth Untold

                Malam hari, disebuah kota yang cukup terasa dingin, tak banyak manusia yang berkeliaran malam ini, tak ada canda tawa, gumamku.

                Bulan punama akan datang, dan aku belum memikirkan apa yang akan terjadi kepadaku nanti, hanya rasa kesepian yang terasa dari tahun ke tahun.  Hari ini rasa itu sangatlah terasa, bersamaan dengan keadaan tengah kota malam ini.

               Selagi menelusuri jalan, mencari sesuatu yang ingin ku santap malam ini, aku menemukan seseorang berjubah hitam panjang yang mengikutiku dari belakang.

               Awalnya aku hanya diam saja dan tak menghiraukan keberadaan nya namun, semakin lama dia semakin membuatku risih

"Mengapa kau mengikutiku?" akupun mulai memberanikan diri untuk mengeluarkan sepatah kata

Dia hanya membalasku dengan senyuman, lalu dia  berbicara dengan suara beratnya

"Kau kesepian bukan?"ucapnya .

"Aku tidak kesepian aku hanya sedang ingin sendiri, mau apa kau?"jawabku sembari menatapnya sinis.

"Biar aku temani, aku orang baru di kota ini, bisa temani aku ke perpustakaan kota?"

"Tidak" ucapku.

Lalu saat itu dia mengulurkan tangan dan memperkenalkan dirinya.

"Cambrigde Thyrsus Le Guin, kau bisa memanggilku thyrsus"ucapnya

"Tirus" kataku sembari menahan tawa.

Dia pun terdiam sesaat .

"Seara Soy Joan, sea, kau bisa memanggilku dengan itu" ucapku sambil berjabat tangan dengannya.

"Laut mati" gumamnya.

Akupun berdehem.

                Entah mengapa, saat itu aku merasakan kembali  kehangatan setelah sekian lama terkurung dalam kedinginan.

                Lalu kitapun jalan menelusuri jalanan kota yang sepi sembari berbincang, sesekali kita tertawa dan yap dia itu ternyata asik.

                Waktu sudah menunjukan pukul 23.45 malam saat itu dan kitapun berencana untuk pulang, dia mengantarku ke apart dan ternyata…

"Kamu tinggal disini?"katanya yang kemudian mengeluarkan raut wajah kebingungan.

"yap, kenapa?" ucapku sambil menatapnya.

"Aku juga tinggal disini" gumamnya.

"Eh?" ucapku, lalu kitapun tertawa.

                  Tak pernah disangka orang yang awalnya hanya teman penghibur ternyata satu tempat tinggal dengan kita.

"I think, kita akan menjadi tetangga yang baik. Saya janji akan bersikap baik dan sering-sering bawakan kamu makanan." ucapnya sambil tersenyum ke arahku

"We will?" akupun kebingungan.

"Yes us " ucapnya, lalu dia tertawa.

"Emmm okeey " ucapku sembari tersenyum, tak apa itung-itung menambah teman ya kan…

                    Kita pun masuk ke apart dan berpisah  saat sampai di lantai masing-masing, dan pada saat itu dia belum tahu kalau aku sebenarnya …

 Werewolf.

[]Kota london

                 [] 1.30

                     Pada saat bulan purnama tiba, aku lari sekencang-kencangnya menelusuri jalanan kota yang tengah ramai, menuju ke Hutan. Tapi ternyata ada seseorang yang mengikutiku ke hutan.

“Siapa kau???” ucapku sembari menunjuk kearah pohon yang cukup rindang,

Mataku memerah, dan satu persatu cakar telah muncul dari jemariku.

“ini aku, Thyrsus.” Ucapnya, lalu perlahan ia berjalan kearahku.

“jangan mendekat, atau kucabik jantungmu” aku sudah tidak tahan lagi, mengapa dia ada pada saat seperti ini?. Aku berusaha lari menjauh darinya namun dia tetap mengikutiku.

Aku sudah lepas kendali, kuterjang dirinya namun dia berhasil menghindar, aku sudah mencoba untuk mencakarnya namun ia tahan. Ia tersenyum dengan taringnya.

Akupun terkejut melihat taring yang begitu tajam “Siapa kau???” 

Ucapku sembari jalan menjauh darinya.

Dia semakin dekat dan mencoba untuk mengendusku.

“Hmm a Luna??” ucapnya pelan.

[]  Untuk kalian yang tidak tahu apa itu “Luna” Luna itu sebutan dari werewolf perempuan yang diciptakan untuk seorang Alpha. Dan Alpha adalah pemimpin dari sekumpulan werewolf dalam satu pack, bisa dibilang dia itu ketua dalam sebuah geng.

Aku menggeram dan mencoba untuk memberontak, namun tak bisa. Kekuatannya sangat besar, ku coba diam sesaat lalu ku dorong badannya dengan keras *bukk* terdengar sangat nyaring saat dia terjatuh kearah pohon. Akupun berlarian tak terkendali di tengah hutan, saat ku sudah merasa aman dari dirinya ku coba untuk mengendap mencari santapan lezat. 

Kebetulan, aku melihat seekor rusa yang tengah menyantap rumput segar. Aku mengendap, bersembunyi dibalik semak-semak agar bisa mengambil ancang-ancang lalu menyergap rusa itu,

Kurasa, ini waktu yang tepat untuk menyantap rusa yang gemuk itu. Aku menyergap rusa itu, pertama-tama ku cakar kakinya supaya dia kesusahan berjalan, setelah itu ku cabik perutnya dan kurauk isian perutnya, kumakan sedikit demi sedikit dangingnya yang segar. Setelah merasa kenyang, ku coba menenangkan diri sejenak supaya bisa Kembali ke wujudku sebagai manusia.

       [] 03.35

      Yap, sekitar jam 4 pagi ku sudah mulai berani untuk pulang ke apart ku. Dengan mulut dan tangan yang sudah bersih dari sisa-sisa darah rusa. Aku memasuki kamarku tanpa memikirkan kejadian saat ku bertemu Thyrsus di hutan tadi.

     Hari demi hari ku jalani layaknya manusia biasa, namun anehnya aku tidak melihat batang hidung seorang Thyrsus. Sudah ku coba cari namun tetap tak ketemu, di apartnya pun tak ada. Aku sudah mulai putus asa mencarinya kesana kemari tapi tak ada hasil. Aku teringat, dia pernah memintaku untuk mengantarnya ke perpustakaan kota, mungkin di ada disana.

“Akhirnyaa…” aku merasa lega setelah melihatnya di sana.

Kuhampiri sosok pria misterius itu dengan niat ingin meminta maaf atas kejadian di hutan. Aku pun tak tahu kalau dia akan marah hanya karena ku dorong.

 “Hai…” ku coba duduk didepannya dengan tujuan supaya dia bisa melihatu.

“Ya, silahkan.” Dia tidak menatapku sama sekali, dia hanya fokus pada bukunya.

“Maaf” sebenarnya sedikit gengsi untuk mengucapkan kata itu, namun ya bagaimanapun juga ku ucapkan karena salahku yang sudah membuatnya terjatuh.

“Untuk apa??” Dengan nada berat dan sikap dinginnya, mungkin orang lain akan menolak untuk berteman dengannya.

“Untuk kejadian semalam???” akupun sedikit bertanya, karena ya aneh saja kalau dia marah hanya karena ku dorong.

“Ohh” aku tak tahu harus kesal atau sedih karena sikapnya yang begitu.

“ck, katanya kita bakal jadi tetangga yang baik, baru kudorong saja sudah marah” ucapku dengan nada meledek.

Dia hanya terkekeh melihat sikapku yang begitu, aku tak tahu apa maksud dari kekeh-an tersebut.

“Aku anggap kamu sudah memaafkanku, jadi gimana kalo kamu ku traktir makan, malam ini?” Ku keluarkan nada yang lembut agar dia sedikit luluh padaku.

“Deal.” Dia sedikit tersenyum, lagian siapa si yang berani menolak wanita secantik diriku.

Kita akrab dengan sangat cepat, dia orangnya dingin namun dia pintar mencairkan suasana . Dia bisa bercanda, ramah, bisa dibilaang bikin nyaman si..

Entah mengapa aku merasa bingung, mengapa dia tidak pernah bahas kejadian saat itu?? Tapi ya sudahlah, jangan terlalu dipikirkan.

Jam sudah menunjukkan pukul 15.22, mungkin sudah sekitar 3 jam aku disini. 

“Udah sore nih, kamu mau disini sampai kapan???” tanyaku yang sudah mulai merasa bosan.

“Mau pulang sekarang?” sial.. dia malah balik bertanya.

“Maybe, udah sore kita juga perlu siap-siap untuk makan malam nanti.”

“Hampir lupa, yasudah kita pulang sekarang”  Kita pun berdiri dan mulai berjalan menuju apart. 

“18.45, resto daging sebrang apart” ucapku untuk mencairkan suasana yang  dingin. 

“Apa tidak kemahalan makan disana???” dia menatapku dengan tatapan ragu, ck dia piker aku tidak mampu?.

“Nope, aku pikir kamu akan suka daging disana” ucapku dengan nada bercanda.

“We`re same.” Dia tersenyum lalu mengelus rambutku dengan lembut. 

Aku terdiam sesaat, takt ahu harus berkata apa. Untuk pertama kalinya aku diperlakukan semanis ini oleh lawan jenis.

“Heii…” Suara beratnya mampu mencairkan seluruh pikiranku yang membeku.

“Ahh iya, maaf” Kitapun Kembali jalan menuju apart, seperti bias akita berpisah saat sampai di lantai masing-masing.

[] 18.00

          Aku sudah siap dengan dress maroonku, menunggu waktu yang tepat untuk berangkat karena jarak yang lumayan dekat dengan apart. 

30 menit berlalu, aku mulai jalan menuju ke resto untuk makan malam dengannya.

Aku bertemu dengannya di lobby apart. Lalu kita berdua pergi ke resto, sesampainya disana kita mencari-cari tempat yang kosong. 

"Ah! Disana ada yang kosong deh, yuk kesitu!" ucapku sembari menggandeng tangannya menuntun ke arah meja yang kosong tadi. 

Kemudian setelah beberapa menit kita memilih menu daging mana yang kita inginkan dan pelayan sudah mencatatnya. Kita menikmati waktu bersama dengan berbincang-bincang sederhana.

Kita memesan menu yang sama, dengan tingkat kematangan daging yang sama juga.

“Selamat makan” ucapku, lalu memakan potong

Demi potong daging itu. Kita makan sembari 

Berbincang santai agar suasana tidak terlalu

Sepi.

 Setelah selesai menghabiskan makanan dan minuman, aku berjalan menuju kasir untuk makanan yang sudah kita santap tadi.

Sesudah kita keluar dari resto tadi kita tidak langsung pulang, kita memutuskan untuk jalan-jalan menelusuri jalanan kota yang cukup ramai pada jam-jam seperti ini.

“Can i??” dia mengulurkan tangannya meminta izin untuk menggenggam tanganku.

“Sure” aku menjawabnya sambIl tersenyum manis, ku letakan jemariku diatas telapak tangannya, ia mulai menggenggam tanganku dan berjalan lagi.

“u`re my girlfriend now.” Kata-katanya membuatku terkejut, maksudku apa tidak terlalu cepat???

“Wait, what?!? Ko tiba-tiba?? Sejak kapan aku mau jadi pacarmu?” ku lepaskan genggaman tangannya dan menatapnya heran.

“Ini ajakan, bukan pilihan. Tapi kalau kamu tidak mau yasudah” dia lanjut berjalan dan melewatiku begitu saja.

Aku jalan menghampirinya dan mulai menyamakan langkah dengannya.

“Siapa yang bilang gamau.” Dia berhenti berjalan dan meraih tanganku

“so??” dia menatapku dengan lekat dan memberiku senyuman tipis.

“Ya aku mau” aku tersenyum, dia meraih badanku dan mulai memelukku.

Beberapa hari, minggu dan bulan kita jalani seperti biasa.

Menemaninya di perpustakaan, jalan dan makan bersama, pernah sesekali dia menginap di apartku.

Lalu di suatu malam saat aku sedang jalan-jalan di taman kota dengannya, ada seorang wanita yang menghampiri kita berdua.

“Thyrsus, sudah lama kita tidak bertemu” wanita itu tiba-tiba memeluknya.

“Aku kangen banget sama kamu.” Aku terdiam tak tahu harus melakukan apa, pikiranku kacau sekali saat itu.

Bayangkan saja ada wanita tak dikenal yang tiba-tiba memeluk lelaki yang kau cintai didepan umum. Aku tak mau mengamuk disini, aku berjalan mencari tempat sepi, Ketika sudah sepi ku mulai berlari menuju ke hutan, diikuti dengannya dan wanita itu.

“Tunggu, kamu salah paham, dia bukan siapa-siapaku” dia menarik tanganku dan menggenggamku dengan erat.

“Bukan siapa-siapa katamu? Kita belum resmi putus saat itu, lalu siapa wanita yang bersamamu itu? Enak saja kalian pegangan tangan didepanku seperti ini” ucap wanita itu dengan lantang didepan mukaku, ia melepaskan genggaman tanganku dan Thyrsus.

Aku menamparnya cukup keras, tanganku gemetar. Aku sudah tidak  bisa menahan emosiku.

“Aku pacarnya, berani sekali kamu ngaku-ngaku menjadi pacarnya” ucapku dengan nada tinggi.

“Udah-udah tinggalin kita berdua, sekarang.”  Thyrsus menarikku kearah hutan dan meninggalkan wanita itu.

“Apa maksudnya tadi?!?” aku melepaskan tangannya dan menatap matanya tajam.

“Dia cuma mantanku” dia meraih tanganku lalu menggenggamnya, mencoba untuk menenangkan diriku, namun tidak berhasil.

“Cuma mantan katamu??,, perempuan mana yang berani memeluk mantannya didepan umum seperti itu??!??” 

ku lepaskan genggaman itu dan tak sengaja mencakar pergelangan tangannya. Rupanya wujudku sudah mulai berubah menjadi werewolf.

Dia menamparku cukup keras, aku terkejut. Mataku memerah, begitupun dia. Matanya berubah menjadi jingga, cakar yang keluar dari jemarinya sangat tajam. Aku berlari melesat ke tengah hutan, tanpa ku sadari tubuhku sudah sepenuhnya menjadi werewolf. Dia mengikutiku ke tengah hutan dengan wujudnya yang juga sudah berubah. 

Saat itu, ada seorang warga yang melihat kita sedang belari ke tengah hutan, ia menelpon sang polisi dengan tujuan untuk menangkap kita agar tidak membahayakan warga sekitar.

Saat polisi datang, mereka bergegas lari kearah hutan untuk menangkap kita.

Namun saat mereka melihat kita, mereka tidak sanggup mengejar karena kecepatan lari kita yang sangat cepat. Salah satu polisi menemukanku, dia mengeluarkan sebuah pistol dan mulai membidik ke arahku.

Saat polisi itu menembakkan pelurunya ke arahku, Thyrsus berlari kencang kearahku dan membuatnya tertembak tepat di jantungnya. Aku lari bergegas ke luar hutan dan mencari tempat sepi. Aku berusaha untuk menenangkan diri disana, saat aku sudah mulai tenang baru ku bisa merubah wujudku menjadi manusia . 

Aku Kembali ke hutan dengan tujuan mencari Thyrsus dan berharap dia masih sadar, namun saat disana aku sudah menemukan dirinya yang tergeletak berlumuran darah.

Aku masih terkejut, badanku gemetar. Ku sudah tidak bisa menahan air mataku, kucoba untuk menghampirinya lalu ku peluk erat tubuhnya.

“Maaf”.


Komentar