إِذَا
جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ
الشَّيَاطِيْنُ.
“Apabila Ramadhan datang maka pintu-pintu
Surga dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup dan syaitan-syaitan dibelenggu.” (HR.
Abu Hurairah)
Terhitung
sejak tanggal 6 Juni 2016 kemarin, bulan Ramadhan telah dimulai, dimana semua
orang yang beriman diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa selama sebulan
penuh. Setiap umat Muslim di dunia menyambut bulan Ramadhan dengan penuh
sukacita, berlomba-lomba mengumpulkan pahala agar mendapatkan kemenangan yang
sejati. Tahun ini pun, SMAN 2 Cimahi menyambut bulan Ramadhan dengan program
rutin tahunan yakni pesantren kilat. Bagaimana sih, pelaksanaan pesantren kilat
khas SMAN 2 Cimahi itu?
Menurut
Bapak Komarudin, selaku ketua pelaksana dari kegiatan pesantren kilat, untuk
tahun ini pesantren kilat dilaksanakan dengan sedikit berbeda.
“Kalau
dulu, dibagi menjadi 3 tingkatan. Kelas 10 itu tingkat pertama, kelas 11
tingkat kedua, dan tingkat ketiga kelas 12. Jika tingkat pertama mendapatkan
jadwal pesantren kilat, berarti tingkat kedua dan tingkat ketiga belajar
seperti biasa di kelas. Dan begitu pula seterusnya.” (16/06/16)
Pesantren
kilat tahun 2016 dilaksanakan pada tanggal 13-16 Juni dengan target seluruh siswa-siswi
SMAN 2 Cimahi kelas 10 & 11 yang beragama Islam. Kegiatan ini dimulai dari
pukul 07.30 hingga pukul 11.30. Kegiatan ini dilaksanakan di beberapa tempat,
yakni di ruang-ruang kelas dan Mesjid Nurul Ikhsan. Untuk pelaksanaan kegiatan
pesantren kilat di Mesjid Nurul Ikhsan sendiri, setiap harinya hanya
dijadwalkan untuk 4-5 kelas dengan pemateri Bapak Komar. Dan untuk kelas yang
tidak mendapat jadwal di mesjid, para pengajar akan datang langsung ke ruang-ruang
kelas.
Pengajar
untuk kegiatan pesantren kilat ini datang dari guru-guru dan alumni-alumni SMAN
2 Cimahi yang tergabung dalam ekstrakulikuler HKPI, yang secara bergilir
bergantian masuk ke ruang-ruang kelas yang telah ditentukan sesuai jadwal.
Salah
satu pengajar yang merupakan alumni SMAN 2 Cimahi yakni Teh Suciarti Pertiwi,
mengungkapkan kesan-pesan menjadi pemateri untuk pertama kalinya di kegiatan
pesantren kilat ini.
“Teteh
bisa ngerasain gimana rasanya jadi guru. Dulu teteh yang duduk, yang ngerasain
gimana bosennya, ngerasain gimana pengen bertanya tapi malu. Tapi sekarang
teteh yang ngerasain jadi guru. Gimana gak enak dan enaknya. Pesan untuk
semuanya, coba lebih memperhatikan guru di kelas.” (15/06/16)
Untuk
meningkatkan antusiasme siswa dalam kegiatan ini, para pemateri tidak hanya
menyiapkan materi untuk disampaikan saja, tapi disiapkan juga video dan
games-games agar siswa tidak merasa bosan dan lebih konsentrasi. Para pengajar
juga menyiapkan hadiah menarik bagi siswa-siswi yang berani bertanya atau
memenangkan games.
Materi
pesantren kilat tahun ini ditekankan pada kondisi akhlak siswa SMAN 2 Cimahi
yang mulai menurun. Baik dalam kepribadian, perilaku dan gaya bahasa. Materi
yang telah disepakati oleh guru-guru agama SMAN 2 Cimahi ini pun lalu
dikembangkan oleh para pemateri sehingga menjadi sebuah diktat yang lalu
disampaikan pada para siswa.
Aisyah
Ramadhanti, salah
seorang siswa Cimahi kelas X IPA 6 mengaku sangat terbantu dengan adanya
kegiatan ini.
“Salah satu masalah yang dihadapi
remaja adalah masalah krisis moral. Maka, dengan adanya kegiatan ini, merupakan
salah satu wujud kepedulian sekolah terhadap siswa agar mempunyai kepribadian
yang lebih baik dan berkarakter.” (15/06/16)
Pesantren
kilat ini diadakan rutin setiap tahun sekali pada bulan Ramadhan. Dengan
harapan, adanya perkembangan yang lebih baik pada karakter dan pengetahuan siswa-siswi
mengenai agama. Setiap tahunnya, kegiatan pesantren kilat selalu dibenahi agar
antusiasme siswa dapat meningkat pula.
Bapak Komarudin, mengungkapan
pendapatnya mengenai pesantren kilat tahun ini.
“Untuk
sekarang, Bapak heran karena antusiasme siswa menurun. Bapak memprediksi, ini
karena tidak adanya surat edaran untuk orangtua mengenai kegiatan sanlat.
Sehingga, anak malas datang ke sekolah dan orangtua tidak mengharuskan anaknya
ke sekolah. Tidak ada aturan secara formal, padahal dulu ada. Bapak juga
berpesan agar para siswa lebih memperhatikan materi apa yang disampaikan, bukan
siapa yang menyampaikan. Karena manfaatnya terdapat pada materi yang
disampaikan.” (16/06/16)
Komentar
Posting Komentar